Pandangan tentang tenaga dan energi terbarukan di Asia Tenggara

  • Prospek kelistrikan & energi terbarukan di Asia TenggaraProspek kelistrikan & energi terbarukan di Asia Tenggara
Bagikan:Share to FacebookShare to TwitterShare to LinkedIn

 

Juni 2019

 

Kebutuhan listrik di Asia Tenggara (Asteng) selama tahun 2016 – 2040 diperkirakan akan meningkat sebesar 3,7% setiap tahunnya, atau dua kali rata-rata global, dimana hal ini didorong oleh meningkatnya populasi, urbanisasi, kenaikan penghasilan dan membaiknya akses terhadap listrik. Pertumbuhan kebutuhan listrik tercepat diperkirakan akan terjadi di Laos sebesar 17% per tahun selama 2014-2025, diikuti oleh Indonesia dan Kamboja sebesar 11%. Untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan listrik, maka kapasitas pembangkitan listrik yang terpasang akan meningkat dua kali lipat dari 241 Giga Watt (GW) pada 2016 menjadi 566 GW pada 2040.

Perspektif listrik konvensional
Listrik konvensional dari bahan bakar fosil diperkirakan tetap mendominasi meskipun pangsanya akan menurun dari 77% pada 2016 menjadi 63% pada 2040. Kapasitas tenaga batu bara diperkirakan lebih dari dua kali lipat dari 241 Giga Watt (GW) pada 2016 menjadi 566 GW pada 2040, mencerminkan daya keterjangkauan relatif dari teknologi. Namun, kapasitas tenaga batu bara yang lebih efisien (supercritical, ultra-supercritical) diperkirakan memenuhi ~70% dari seluruh tambahan kapasitas batu bara baru sehingga pembangkit-pembangkit yang lebih efisien akan mengambil alih separuh dari total kapasitas batu bara terpasang pada 2040.

Ikhtisar energi terbarukan
Sumber energi terbarukan memenuhi 24% dari seluruh kapasitas pembangkitan listrik yang terpasang di SEA pada 2018, dimana 74%-nya merupakan pembangkit listrik tenaga air dan kebanyakan merupakan pembangkit berskala besar. Pangsa energi terbarukan diperkirakan meningkat hingga 37% dari total kapasitas terpasang pada 2040, didorong oleh biaya yang semakin kompetitif dan kebijakan energi terbarukan yang mendukung.

Dengan kapasitas yang terus meningkat lebih dari 150% dari 2016-2040, maka tenaga air tetap merupakan sumber energi terbarukan yang dominan. Namun, pangsa tenaga air diperkirakan menurun dari 74% di 2016 menjadi 50% pada 2040, karena angin dan fotovoltaik (PV) surya yang diperkirakan bertumbuh lebih cepat, masing-masing 14% dan 11% per tahun. Hasilnya, PV surya diperkirakan dapat memenuhi 25% dari seluruh kapasitas terbarukan pada 2040 dari hanya 7% pada 2018. Hal ini didukung kebijakan pemerintah yang positif, termasuk biaya awal investasi untuk energi surya yang lebih rendah. Dengan prospek kuat dalam segmen energi terbarukan, kami melihat peluang pendanaan dan investasi yang menarik.

Untuk informasi lebih lanjut tentang hal di atas dan solusi perbankan terkait peluang di energi terbarukan, silakan hubungi kami di sini.

Klik tombol untuk membaca Perspektif Industri selengkapnya.

Unduh